Selasa, 15 Januari 2013

Cuteki ecard: Happy Women´s Day. Cute personalized card for facebook and email

Cuteki ecard: Happy Women´s Day. Cute personalized card for facebook and email

Islam Agamaku


Pengorbanan Nabi Ibrahim AS

Pada suatu hari Nabi Ibrahim bermimpi, dalam mimpinya itu Allah menyuruh Nabi Ibrahim menyembelih anaknya yang bernama Ismail. Selepas dari mendapat mimpi itu, Nabi Ibrahim pun memberitahu isterinya yang bernama Siti Hajar.
Maka berbincanglah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail. Siti Hajar berkata, “Mungkin mimpimu itu hanya mainan tidur saja tetapi kalau mimpi itu merupakan wahyu, wajiblah dituruti.” Apabila mendengar kata-kata ibunya, Ismail berkata kepada bapanya, “Ayahku, sekiranya ini merupakan wahyu dari Allah S.W.T., aku sedia merelakan diriku untuk disembelih.”
Setelah persetujuan dicapai, keesokan harinya Nabi Ibrahim pun membawa puteranya Ismail untuk disembelih. Perkara Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya telah sampai kepada pengetahuan orang ramai. Hal ini membuat orang ramai takut sehingga ada yang mengatakan, “Nampaknya Nabi Ibrahim mungkin sudah gila hinggakan mahu menyembelih anaknya sendiri. Kalau kita biarkan perkara ini, nanti kitapun akan dibunuhnya.”
Walau apapun tuduhan orang terhadapnya, namun Nabi Ibrahim tetap menjalankan tugas yang diperintahkan oleh Allah S.W.T terhadapnya. Setelah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail sampai pada tempat yang dituju, berkatalah anaknya, “Wahai ayahku, aku fikir cara yang baik untuk menyembelih adalah dengan cara aku disembelih dalam keadaan menelungkup tapi mata ayah hendaklah ditutup. Kemudian ayah hendaklah tahu arah pedang yang tajam dan ayah kenakan tepat kepada leherku.”
Kemudian Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah yang Allah S.W.T perintahkan dalam mimpinya. Baginda pun mengucapkan kalimah atas nama Allah lalu memancungkan pedangnya pada leher anaknya itu. Maka terperciklah darah mengenai badan Nabi Ibrahim. Sebagai seorang manusia biasa, Nabi Ibrahim pun menggeletar dan membuka penutup matanya.
Tetapi alangkah terperanjatlah apabila melihat yang disembelihnya itu bukanlah anaknya melainkan seekor kibas. Dengan memuji kebesaran Allah S.W.T, kedua-duanya pun berpeluk-peluk sambil bersyukur kepada Tuhan kerana memberi kekuatan sehingga dapat melaksanakan amanat dari Allah S.W.T.

Kamis, 03 Januari 2013

Anak-anakku Sayang .....


Saya seorang guru Sekolah Dasar, yang bertugas di SD Negeri 2 Muara Burnai II Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

Saya mengajar di Sekolah Dasar sejak tahun 1993 (sebagai CPNS), hingga sekarang berada pada golongan III/d

Pertama bertugas, saya mengajar di SD Negeri Marga Mulya Kecamatan Tanjung Lubuk pada kabupaten yang sama. Hingga saat ini saya sudah empat kali mutasi ( pindah mengajar dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain). Yang terakhir sekarang saya mengajar SD Negeri 2 Muara Burnai II . Sampai sekarang kurang lebih dua tahun saya mengajar di sekolah ini.

Di SD Negeri 2 Muara Burnai II ini, saya mendapat tugas untuk menjadi wali kelas  di kelas satu yang muridnya masih kecil-kecil, cengeng dan masih sering ngambek, sebenarnya saya khawatir dengan diri saya sendiri, apakah saya mampu. Tapi namanya sudah keputusan rapat,  saya anggap tugas ini sebagai tantangan, karena sebelumnya memang saya belum pernah menjadi wali kelas di kelas satu.
Setelah kira-kira empat semester menjalani tugas sebagai wali kelas satu baru terasa, ternyata mengajar di kelas satu sangat mengasyikkan. Kenakalan, kelucuan dan kemanjaan mereka begitu melekat di benak saya.

Hal-hal kecil yang ada pada diri saya selalu menjadi perhatiannya, mereka sering bertanya hal-hal yang tidak pernah saya duga sebelumnya, "Bu Guru, bros burung hantunya nakal nggak?", "Bu Guru, sekarang ganti pakai bros kura-kura,ya?", "Bu Guru, jilbab yang kuning kok nggak dipakai lagi?", "Bu Guru, rumahnya di mana, boleh main nggak?". "Bu Guru, saya nggak bawa uang untuk jajan". Bu Guru, buku saya habis", Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan maupun komentar-komentar mereka yang membuat saya suka senyum-senyum sendiri di setiba di rumah.

Anak-anak begitu perhatian, nampaknya mereka sangat menyayangi saya, kelihatan dari ketika saya tiba di sekolah, mereka menyambut sambil berkata, " Horeee, Bu Guru datang". Ada juga yang menarik-narik tangan saya sambil berkata, "Ayo Bu, kita belajar!". 

Marilah anak-anakku sayang, kita belajar bersama-sama. Kelucuan dan kemanjaanmu menambah tinggi semangatku dalam menjalankan tugas. Sorot matamu yang penuh harap itu membuatku semakin mencintai profesiku. Semoga Allah selalu membimbing langkah kakiku dalam menunaikan amanah ini.

Amiin....Amiin .... Amiin ..... ya ...... Robbal Alamiin .....